Total Tayangan Halaman

Senin, 07 Januari 2013


  • TEHNIK EVALUASI PENDIDIKAN TES DAN NON TES

    1.      TEHNIK EVALUASI PENDIDIKAN (TES)
    a.      Pengertian tes
    Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites.  Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang telah disampaikan, terutama mengenai aspek pengetahuan dan keterampilan.[[1]]
    Tes atau Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.[[2]]
    Dengan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu cara yang dilakukan untuk menilai atau mengevaluasi sejauh mana pemahaman dan penguasaan seseorang yang di tes tentang suatu pelajaran atau keterampilan.
    Pada dasarnya tes terbagi dalam bentuk :
    1)      Tes Essay
    Tes essay adalah tes yang berbentuk pertanyaan tulisan yang jawabanya merupakan karangan atau kalimat yang panjang.  Panjang pendeknya kalimat atau jawaban tergantung dari pemahaman peserta tes akan soal yang diberikan. Pada umumnya soal essay memerlukan waktu yang lama dalam menjawabnya dan diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit sekitar 5 soal hingga 10soal saja.
    2)      Tes Objaktif
    Tes objektif yaitu tes yang dibuat sedemikian rupa sehingga hasil tes  itu dapat dinilai secara objektif. Dinilai oleh siapapun akan menghasilkan skor yang sama. Tes ini disebut juga short answer test karena jawabanya pendek-pendek dan ringkas. Sipenjawab dan orang yang dites tinggal  memilih , mengisi, menjodohkan dan sebagainya dengan menggunakan tanda-tanda seperti yang tertera dalam soal suruhan. Pada dasarnya tes objektif terdiri dari dua jenis yaitu:
    a)      Completion type test, terdiri dari, tes melengkapi dan mengisi titik-titik yang dikosongkan.
    b)      Selection type test (tes yang jawabanya dengan mengadakan pilihan), yang terdiri atas benar-salah, pilihan ganda, dan menjodohkan.
    b.      Fungsi tes
     Secara umum ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu :
                  1). Sebagai alat pengukur terhadap anak didik.
                   2). Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran.
    Beberapa fungsi tes diantaranya:
    -          Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa dengan maksud untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai siswa setelah menempuh proses belajar-mengajar dalam jangka waktu tertentu.
    -          Sebagai motivator dalam pembelajaran, dengan adanya nilai sebagai umpan balik diharapkan meningkatnya intensitas kegiatan belajar. Fungsi ini dapat optimal apabila nilai hasil tes yang diperoleh siswa betul-betul obyektif dan sahih, baik secara internal maupun secara eksternal yangb dapat dirasakan langsung oleh siswa yang diberi nilai melaui tes.
    -          Berfungsi untuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan melalui tes penempatan, tes diagnostic dan tes formatif.
    -          Untuk menentukan barhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.


    c.       Pengelompokan tes
    Djaali dan Muljono menggolongkan tes menjadi 6 golongan yang berbeda yaitu:
    1)      Berdasarkan fungsinya, tes dibedakan menjadi 5 golongan yaitu:
    a)      Tes Awal (Pre-Test)
    bertujuan untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran yang akan diajarkan telah diketahui oleh siswa.
    b)     Tes Akhir (Post -Test)
    bertujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang penting telah dikuasai dengan baik oleh siswa.
    c)      Penempatan (Placement Test)
    Tes jenis ini dilakukan pada awal tahun ajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik sehubungan dengan pelajaran yang akan disajikan. Dengan demikian peserta didik dapat ditempatkan pada kelompok yang tepat, misalnya pada kelompok atas, sedang atau yang lain. Penilaian demikian biasanya menggunakan tes yang disusun dalam lingkup yang luas dan tingkat kesukaran yang bervariasi agar dapat membedakan peserta didik yang sudah atau belum menguasi pelajaran/standar kompetensi tertentu.
    d)     Formatif (Formative Test)
    Tes formatif dilaksanakan saat pembelajaran sedang berlangsung. Hal demikian untuk memantau kemajuan belajar peserta didik agar dapat memberikan umpan balik baik bagi guru maupun pada peserta didik sendiri. Guru dapat melihat apakah metode atau media yang digunakan sudah tepat untuk  pencapaian tujuan pembelajaran bagi peserta didik.Tes formatif biasanya mengacu pada kriteria tertentu yaitu tercapainya tujuan, sedangkan pada tes penempatan mengacu pada norma tertentu yaitu norma kelompok.
    e)      Diagnostik (Diagnostic Test)
    Tes diagnostik bertujuan untuk mendiagnose kesulitan belajar peserta didik. Karena tujuannya mendiagnose kesulitan belajar maka harus lebih dahulu diberikan tes formatif untuk mengetahui ada tidaknya bagian yang belum dikuasai. Setelah diketahui ada bagian yang belum dikuasai maka dibuatkan butir-butir soal yang lebih memusat pada bagian itu untuk dapat mendeteksi bagian mana pada pokok bahasan atau subpokok bahasan yang belum dikuasai. Untuk tiap unit dibuatkan beberapa soal yang tingkat kesukarannya relatif rendah, Tujuannya agar dapat diketahui bahwa unit tertentu belum dikuasai sehingga soal-soal tidak dapat diselesaikan meskipun soalnya mudah.
    f)       Sumatif (Summative Test)
    Tes sumatif dapat mempunyai makna yang sempit sampai yang meluas. Tes sumatif dapat berarti tes yang diberikan pada akhir pokok bahasan, akhir semester, akhir tahun ajaran atau pada akhir jenjang atau program tertentu. Dalam makna sebagai tes akhir tahun ajaran atau jenjang pendidikan tes sumatif  dimaksudkan untuk memberikan nilai  yang menjadi dasar penentuan kelulusan atau pemberian sertifikat kepada peserta didik. Oleh karena itu tes tersebut biasanya disusun dalam lingkup yang luas mencakup semua pokok bahasan yang telah dipelajari dan dengan tingkat kesukaran yang bervariasi.
    2)      Berdasarkan Aspek Psikis yang diungkap, dibedakan menjadi 5 golongan yaitu:
    a)      Tes Intelegensi (Intelegency test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau memprediksi tingkat kecerdsan seseorang.
    b)     Tes Kemampuan (Aptitude test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh peserta tes.
    c)      Tes Sikap (Atitude test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap pre-disposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon terhadap obyek yang disikapi.
    d)     Tes Kepribadian (Personally Test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap cirri-ciri khas dari seseorang yang bersifat lahiriah seperti bentuk tubuh, cara bergaul dan cara mengatasi masalah.
    e)      Tes Hasil Belajar (Achievement test) yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran atau prestasi belajar.

    3)      Berdasarkan Peserta, dibedakan menjadi dua golongan:
    a)      Tes Individual  (Individual Test) yaitu tes dimana pelaksana hanya berhadapan dengan satu orang peserta saja
    b)     Tes Kelompok (Group Test) yaitu tes dimana pelaksana hanya berhadapan dengan lebih dari satu orang peserta.
    4)      Berdasarkan Waktu, dibedakan menjadi dua golongan:
    a)      Power test  yaitu tes dimana waktu yang disediakan bagi peserta tidak dibatasi
    b)     Speed test yaitu tes dimana waktu yang disediakan bagi peserta dibatasi, biasanya singkat dan hanya siswa pandai saja yang dapat menyelesaikan tes sesuai dengan waktu yang ditentukan.
    5)      Berdasarkan cara merespon, dibedakan menjadi dua golongan:
    a)      Tes Verbal yaitu tes yang menghendaki jawaban yang tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat.
    b)     Tes Non-verbal yaitu tes yang menghendaki jawaban peserta tes bukan dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat melainkan berupa tingkah laku.


    6)      Berdasarkan cara mengajukan pertanyan, dibedakan menjadi tiga golongan:
    a)      Tes Tertulis (Pencil and Paper Test) yaitu tes dimana pelaksana tes dalam mengajukan butir –butir pertanyaannnya dilakukan secara tertulis dan peserta tes memberikan jawaban tertulis juga.
    b)     Tes Tidak Tertulis (non-Pencil and Paper Test) yaitu tes dimana pelaksana tes dalam mengajukan butir –butir pertanyaannnya dilakukan secara tidak tertulis /lisan dan peserta tes memberikan jawaban dengan lisan  juga.
    c)      Tes Perbuatan  yang diberikan dalam bentuk tuga satau instruksi kemudian peserta tes mengerjakan tugas sesuai instruksi tersebut dan hanya dinilai oleh pemberi tes.[[3]]

    2.      TEHNIK EVALUASI PENDIDIKAN ( NON TES )
    a.      Pengertian
    Teknik penilaian non tes adalah teknik penilaian yang dilakukan tanpa  menggunakan tes. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill,[[4]] yaitu menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup, dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar  dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.

    b.      Alat Penilaian Non-Test
    1)      Pengamatan (observation)
    Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang dijadikan sasaran pengamatan. Dalam evaluasi pembelajaran, onservasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, menilai penampilan guru dalam  mengajar, suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya.
    Jika kita melihat dari kerangka kerjanya, observasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
    a)      Observasi berstruktur, yaitu semua kegiatan guru observer telah ditetpkan trlebih dahulu berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur kategorisasinya.
    b)      Observasi tak berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai observer tidak di batasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti.
    Apabila dilihat dari teknis pelaksanaannya , observasi dapat ditempuh melalui tiga cara,  yaitu:
    a)      Observasi lansung, observasi yang dilakukan secara lansung terhadap objek yang diselidiki.
    b)      Observasi tak lansung, observasi yang dilakukan melalui perantara, baik tehnik maupun alat tertentu.
    c)      Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
    2)      Wawancara (Interview)
    Wawancara adalah komunikasi lansung antara yang mewawancarai dengan yang diwawancarai.[[5]] ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:
    a)      Wawancara terpimpin, yaitu biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur atau wawancara sistematis dimana wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara. Jadi, dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.
    b)      Wawancara tidak terpimpin, biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara sederhana atau wawancara tidak sistematis atau juga wawancara bebas, diman responden memiliki kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi tanpa dibatasi-dibatasi oleh patokan-patokan yang telah ditentukan oleh evaluator. Dalam wawancara bebas , pewawancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan- peranyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan jawabanya. Hanya saja saat pada saat menganalisis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini, evaluator akan dihadapkan dengan kesulitan-kesulitan, apabila jawaban yang diberikan beraneka ragam.
    3)      Kuesioner atau Angket
    Angket adalah daftar pertanyaan yang harus di isi oleh orang yang akan diukur (responden). Adapun tujuan penggunaan angket dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dalam proses belajar mereka.
    Jenis-jenis kuesioner atau angket dapat dikelompokkan seperti berikut:
    a)      Kuesioner dari segi isi:
    -          Pertanyaan fakta, yaitu: adalah pertanyaan yang menanyakan tentang fakta seperti jumlah sekolah, jumlah jam belajar dan lain-lain.
    -          Pertanyaan perilaku adalah apabila guru menginginkan tingkah laku seorang siswa dalam kegiatan di sekolah atau dalam kegiatan proses belajar mengajar.
    -          Pertanyaan informasi adalah apabila melalui instrument itu guru ingin mengungkapkan berbagai informasi atau menggunakan fakta.
    -          Pertanyaan pendapat dan sikap adalah yang berkaitan dengan perasaan, kepercayaan predisposisi, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan objek yang dinilai.
    b)      Kuesioner dari jenisnya
    -          Tertutup, yang alternatif jawaban pertanyaannya telah ditentukan terlebih dahulu. Responden hanya memilih diantaranya alternatif jawaban yang telah diberikan.
    -          Terbuka, memberikan kebebasan bagi siswa menjawab pertanyaan yang diberikan menurut pandangan dan pendapatnya masing-masing tanpa ditentukan.
    -          Tertutup dan terbuka, yaitu merupakan gabungan dari kedua bentuk yang telah dibahas diatas. Yang berarti dalam bentuk ini siswa diberikan kebebasan dalam menjawab menurut ide atau pendapatnya sendiri namun juga disediakan alternatif jawaban. Sehingga jika alternatif jawaban yang telah di berikan tidak sesuai dengan pendapat siswa maka siswa dapat menjawab dengan alternatif jawabanya sendiri.
    c)      Kuesioner dari segi yang menjawab
    -          Kuesioner lansung, yaitu kuesioner yang lansung dijawab/diisi oleh individu yang akan diminta keterangannya.
    -          Kuesioner tidak lansung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain, (orang yang tidak diminta keterangannya).
    4)      Riwayat Hidup
    Riwayat hidup adalah teknik non tes dengan menggunakan data pribadi seseorang sebagai bahan informasi penelitian. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.
    Evaluasi cara ini mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat hidup, seperti kapan dan dimana peserta didik dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak dalam keluarga dan sebagainya. Selain itu juga dokumen yang membuat informasi tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang lingkungan non-sosial, seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan sebagainya[[6]]. Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik, orang tua dan lingkungan itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan perlengkapan bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.

    5)      Studi Kasus
    Studi kasus adalah mempelajari individu dalam proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya[[7]]. Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi, bimbingan, dan penelitian. Studi ini menyangkut tentang integrasi dan penggunaan data yang komperhensif tentang peserta didik tersebut. Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang digunakan adalah dept-interview, yaitu melakukan wawancara secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya.
  •  


  • [1] Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi pembelajaran, yogyakarta: multi press, 2008 hal 67
    [2] Syah, muhibbin, Psikologi  Belajar,  Jakarta: rajawali Pers, 2009 hal.197
    [3] Djaali dan Pudji Muljono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo
    [4] Widoyoko,s. Eko Putra (2009) Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Didik, Yokyakarta: Pustaka Belajar, Hal 79
    [5] Bahri djamrah, saiful (2008). psikologi belajar. Jakarta : PT rineka cipta Hal. 98
    [6] Sudijono, Anas (2009) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Hal 102
    [7] Bahri Djamrah, Saiful (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal. 115

Tidak ada komentar:

Posting Komentar