A. PENDAHULUAN
1. LATAR
BELAKANG
Bagi seorang guru kegiatan evaluasi sangatlah menjadi tuntutan, dimana
seorang guru harus mengetahui hasil belajar siswanya dengan serangkaian tes
yang berupa soal-soal serta berupa percobaan-percobaan kepada anak didik. Utuk
memudahkan guru dalam menilai hasil tes tersebut dibuatlah analisis butir soal.
Untuk itu penulis mencoba untuk memaparkan analisis butir soal kepada kita
semua. Semoga apa yang akan di bahas dalam makalah ini berguna untuk semua yang
mempelajarinya.
2. RUMUSAN
MASALAH
a.
Apakah pengertian
analisis butis soal tersebut?
b.
Apa saja Teknik
penganalisisan item tes hasil belajar?
B. PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
ANALISIS BUTIR SOAL
Analisis
butir soal (item) adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
perhitungan dan pengukuran respons subjek terhadap suatu item (Crocker &
Algina,1986). Secara umum, analisis item bertujuan untuk menentukan apakah
suatu item merupakan item yang baik atau buruk sebagai suatu alat ukur,
sehingga memungkinkan kita untuk memperpendek atau memperpanjang suatu tes
sekaligus meningkatkan validitas dan reliabilitasnya. Analisis item dapat
dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan
analisis mengenai isi (content validity item-item soal) dan bentuk (apakah
item-item ditulis dalam bentuk tertentu yang efektif untuk mencapai sasaran),
yaitu dengan menghadirkan expert judgement sedangkan secara kuantitatif
dilakukan analisis menggunakan berbagai teknik statistik. Teknik statistik yang paling umum digunakan dalam
analisis item adalah dengan mengukur indeks kesukaran item dan indeks
diskriminasi item. Item-item dalam tes ini tidak bervariasi derajat
kesukarannya (dan tidak perlu diurutkan berdasarkan derajat kesukarannya),
sehingga tidak diukur indeks kesukaran item-nya.[[1]] Analisis
soal pada dasarnya terbagi menjadi dua kategori yaitu analisis soal secara
kualitatif dan secara kuantitatif. Analisis butir soal secara kuantitatif
menekankan pada analisis karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh
secara empirik. Karakteristik internal yang dimaksud meliputi parameter butir
soal tingkat kesukaran dandaya pembeda soal. Analisis tingkat kesukaran soal
artinya mengkaji soal-soal tes dari tingkat kesulitannya sehingga diperoleh
soal-soal mana yang termasuk mudah, sedang dan sukar. Sedangkan analisis daya
pembeda artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes tersebut dalam
membedakan siswa yang memiliki kemampuan rendah dengan siswa yang memiliki
kemampuan tinggi. Surapranata (2004) menyatakan bahwa salah satu tujuan
dilakukannya analisis adalah untuk meningkatkan kualitas soal, yaitu apakah
suatu soal :
a.
Dapat
diterima karena telah didukung oleh data statistik yang memadai
b.
Diperbaiki
karena terbukti terdapat beberapa kelemahan
c.
Tidak
digunakan sama sekali karena terbukti secara empiris tidak berfungsi sama
sekali.
Analisis Kualitatif. Yaitu berupa penelaahan yang
dimaksudkan untuk menganalisis soal ditinjau dari segi teknis, isi, dan
editorial. Analisis secara teknis dimaksudkan sebagai penelaahan soal
berdasarkan prinsip-prinsip pengukuran dan format penulisan soal. Analisis
secara isi dimaksudkan sebagai penelaahan khusus yang berkaitan dengan
kelayakan pengetahuan yang ditanyakan. Analisis secara editorial dimaksudkan
sebagai penelaahan yang khususnya berkaitan dengan keseluruhan format dan
keajegan editorial dari soal yang satu ke soal yang lainnya. Analisis
kualitatif lainnya dapat juga dikategorikan dari segi materi, konstruksi, dan
bahasa. Analisis materi dimaksudkan sebagai penelaahan yang berkaitan dengan substansi
keilmuan yang ditanyakan dalam soal serta tingkat kemampuan yang sesuai dengan
soal. Analisis konstruksi dimaksudkan sebagai penelaahan yang umumnya berkaitan
dengan teknik penulisan soal. Analisis bahasa dimaksudkan sebagai penelaahan
soal yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
menurut EYD.[[2]]
Analisis Kuantitatif. Digunakan untuk mengetahui sejauh
mana soal dapat membedakan antara peserta tes yang kemampuannya tinggi dalam
hal yang didefinisikan oleh kriteria dengan peserta tes yang kemampuannya
rendah (melalui analisis statistik). Analisis kuantitatif menekankan pada analisis karakteristik internal
tes melalui data yang diperoleh secara empiris. Karakteristik internal secara
kuantitatif dimaksudkan meliputi parameter soal tingkat kesukaran, daya
pembeda, dan reliabilitas. Khusus soal-soal pilihan ganda, dua tambahan
parameter yaitu dilihat dari peluang untuk menebak atau menjawab soal dengan
benar dan berfungsi tidaknya pilihan jawaban, yaitu penyebaran semua alternatif
jawaban dari subyek-subyek yang dites.
Untuk menganalisis secara kuantitatif,
terutama untuk jenis soal (1). Gabungan antara soal pilihan ganda dan Uraian,
atau (2) soal uraian saja, maka dalam proses penghitungannya kita dapat
menggunakan kalkulator, atau memanfaatkan kelebihan dari program computer.
Program computer yang sudah dikenal secara umum, seperti EXCEL, SPSS,
atau program khusus seperti ITEMAN, RASCAL, ASCAL, BILOG, FACETS tentunya dapat
kita manfaatkan sebesar-besarnya. Akan tetapi, dari sekian program
computer yang ada, ternyata program excel yang paling banyak digunakan oleh
sebagian besar guru, karena sudah memasyarakat dikalangan guru.[[3]]
2.
TEKNIK
PENGANALISISAN ITEM TES HASIL BELAJAR
Beberapa hal yang diperlu digali dalam analisis
butir tes adalah:
a.
Teknik
Analisis Derajat Kesukaran Item
Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil
belajar pertama-tama dapat dilihat dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan
yang dimiliki masing-masing butir item. Angka yang dapat memberikan petunjuk
mengenai tingkat kesukaran item itu
dikenal dengan difficulty index, yang dalam dunia evaluasi hasil belajar
umumnya dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari proportion. Menurut
Witherington , angka indek kesukaran item itu besarnya berkisar antara 0,00
sampai dengan 1,00. Artinya, indek kesukaran itu paling rendah adalah 0,00, dan
yang paling tinggi adalah 1,00. Angka indek kesukaran item dapat diperoleh
dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Du Bios, yaitu:
Dimana:
P= proportion =
proporsi = angka indek kesukaran item.
Nр
=
banyaknya testee yang dapat menjawab
dengan benar.
N = jumlah testee yang
mengikuti tes.
Rumus yang
lainya adalah:
Dimana:
P= proportion =
proporsi = angka indek kesukaran item.
B = banyaknya
testee yang dapat menjawab dengan benar.
JS = banyaknya
testee yang dapat menjawab dengan benar.
Mengenai bagai
mana cara menberikan penafsiran terhadap angka kesukaran item , Robert L.
Thorndike dan Elizabert Hegen dalam bukunya berjudul Measurement and Evaluation
in Psychology and Education mengemukakan sebagai berikut:
Besarnya P
|
interpelasi
|
Kurang dari 0,30
|
Terlalu sulit
|
0,300-0,70
|
Cukup (sedang)
|
Lebih dari 0,70
|
Terlalu mudah
|
Sedangkan
menurut Witherington dalam bukunya yang
berjudul Psyichological Education adalaha sebagai berikut:
Besarnya P
|
interpelasi
|
Kurang dari 0,25
|
Terlalu sulit
|
0,25-0,75
|
Cukup (sedang)
|
Lebih dari 0,75
|
Terlalu mudah
|
Contoh aplikasi indek kesukaran butir soal
testee
|
Skor yang dicapai oleh testee
untuk butir item nomor
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
A
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
B
|
0
|
0
|
1
|
0
|
1
|
C
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
D
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
E
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
5=N=JS
|
3= Nр=
B
|
2= Nр=
B
|
1= Nр=
B
|
2= Nр=B
|
4= Nр=
B
|
dari data diatas dapat
kita ketahui derajat kesukaran sebagai berikut:
Butir item soal
|
Angka indek kesukaran
item (p)
|
interpelasi
|
1
|
= ==0,6
|
Cukup (sedang)
|
2
|
= ==0,4
|
Cukup (sedang)
|
3
|
= ==0,2
|
Terlalu sulit
|
4
|
= ==0,4
|
Cukup (sedang)
|
5
|
= ==0,8
|
Terlalu mudah
|
b.
Teknik
Analisis Daya Pembeda Item
Daya pembeda item
adalah kemampuan suat butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan
(mendiskriminasi) antara testee yang berkemampuan tinggi (pandai), dengan
testee yang kemampuannya rendah (dodoh) dengan sedemikian rupa sehingga
sebagian besar testee yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjawab butir item
tersebut lebih banya yang menjawab betul, sementara testee yang kemampuannya
rendah untuk menjawab item tersebut sebagiaan besar menjawab salah. Daya
pembeda item itu dapat diketahui melalui besar-kecilnya angka indek
diskriminasi item. Angka indek kiskriminasi item adalah sebuah angka atau
bilangan yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda yang dimiliki oleh
sebutir item.
Indek diskriminasi item
itu pada umumnya diberi lambang dengan huruf D, dan seperti halnya angka indek kesukaran item , maka indek
diskriminasi item ini besarannya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Namun
antara keduanya memiliki perbedaan yang mendasar, yaitu: jika indek kesukaran
item tidak mungkin memiliki angka minus maka dalam indek daya pembeda dapat bertanda minus.
Dalam hubungan ini,
jika sebutir item memiliki angka indek diskriminasi item dengan tanda plus
(positif) hal ini merupakan petunjuk bahwa butir item tersebut sudah memiliki
daya pembeda, dalam artian testee yang termasuk kategori pandai lebih banyak
menjawab dengan benar, sedangkan yang termasuk testee dalam kategori kurang
lebih banyak menjawab dengan salah.
Adapun apabila angka
indek diskriminasi item dari sebutir item bertanda minus ( negati), maka
pengertiannya yang terkandung didalamnya adalah, bahwa butir iatem yang
bersangkut lebih banyak dijawab betul oleh testee kelompok bawah (kurang
pandai) ketimbang testee yang dikategorikan pandai.
Patokan yang pada
umumnya dipegangi dalam daya beda atau indek diskriminasi item soal adalah
sebagai berikut:
Besarnya
angka diskriminasi item (D)
|
Klasifikasi
|
Interpelasi
|
Kurang dari 0,20
|
por
|
butir
item yang bersangkutan daya pembedanya lemah sekali.
|
0,20 – 0,40
|
Stasfactory
|
Butir item yang bersangkutan daya pembedanya
cukup
|
0,40 – 0,70
|
God
|
Butir
item yang bersangkutan daya pembedanya
baik
|
0,70- 1,00
|
excellent
|
Butir
item yang bersangkutan daya pembedanya baik sekali
|
Bertanda negatif
|
-
|
Butir
item yang bersangkutan daya pembedanya jelek sekali (negatif)
|
Untuk mengetahui besar
kecilnya angka indek diskriminasi item dapat dipergunakan dua macam rumus
berikut ini:
Rumus pertama:
D = PA - PB atau
D = Pң
- PL
Dimana :
D = Discriminatory
power.
PA
atau
Pң
=
proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir yang
bersangkutan.
PA
atau
Pң
dapat
diperoleh dengan rumus
PA
=
Pң =
Dimana :
BA = banyaknya
testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir item yang
bersangkutan.
JA = jumlah testee yang
termasuk dalam kelompok atas.
PB
atau
PL
=
proporsi testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir soal yang
bersangkutan.
PB
atau
PL
Ini dapat diperoleh dengan rumus:
Dimana :
BB
=
banyaknya testee kelompok bawah yang dapat menjawab dengan benar item soal yang
bersangkutan
JB
=
jumlah testee yang termasuk dalam kelompok bawah
Contoh aplikasi rumus:
Dari
10 orang testee mengikuti tes pendidikan agama Islam dengan 10 soal tiap soal diberi bobot 1 jika dijawab benar dan
0 untuk yang menjawab salah.
membagi testee antara kelas atas
dan kelas bawah
Testee
|
Skor
untuk butir item nomor
|
Total
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
A
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
5
|
B
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
10
|
C
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
7
|
D
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
E
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
7
|
F
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
0
|
1
|
0
|
0
|
0
|
4
|
G
|
0
|
1
|
0
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
7
|
H
|
1
|
1
|
0
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
9
|
I
|
0
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
0
|
0
|
0
|
1
|
4
|
J
|
1
|
0
|
0
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
1
|
0
|
6
|
10=
N
|
5
|
9
|
2
|
8
|
6
|
8
|
5
|
6
|
6
|
6
|
61
|
Kelompok atas kelompok
bawah
Testee
|
Skor
|
B
|
10
|
H
|
9
|
C
|
7
|
G
|
7
|
E
|
7
|
JA = 5
|
-
|
Testee
|
Skor
|
A
|
5
|
J
|
5
|
I
|
4
|
F
|
4
|
D
|
3
|
JB = 5
|
-
|
Mencari BA , BB,
PA,
PB
dan
D untuk 10 item soal.
Hasil perhitungannya:
Nomor butir soal
|
PA=
|
D= PA-
|
|||||
1
|
3
|
2
|
5
|
5
|
0,60
|
0,40
|
0,20
|
2
|
5
|
4
|
5
|
5
|
1,00
|
0,80
|
0,20
|
3
|
2
|
0
|
5
|
5
|
0,40
|
0,00
|
0,40
|
4
|
4
|
4
|
5
|
5
|
0,80
|
0,80
|
0,00
|
5
|
3
|
3
|
5
|
5
|
0,60
|
0,60
|
0,00
|
6
|
5
|
3
|
5
|
5
|
1,00
|
0,60
|
0,40
|
7
|
4
|
1
|
5
|
5
|
0,80
|
0,20
|
0,60
|
8
|
5
|
1
|
5
|
5
|
1,00
|
0,20
|
0,80
|
9
|
5
|
1
|
5
|
5
|
1,00
|
0,20
|
0,80
|
10
|
4
|
2
|
5
|
5
|
0,80
|
0,4
|
0,40
|
Pemberian interpelasi D
Nomor butir item
|
Besarnya D
|
klasifikasi
|
interpelasi
|
8 dan 9
|
0, 80
|
Excelent
|
Baik sekali
|
7
|
0, 60
|
Good
|
Baik
|
3, 6 dan 10
|
0,40
|
Satisfactory
|
Cukup
|
1 dan 2
|
0, 20
|
Poor
|
Jelek
|
4 dan 5
|
0,00
|
Poor
|
jelek
|
c.
Teknik
Analisis Fungsi Distraktor
Pada saat membicarakan tentang tes obyektif bentuk
pilihan ganda, item telah dikemukakan bahwa pada tes obyektif tesebut telah
dilengkapi dengan beberapa kemungkinan jawaban
atau yang dikenal dengan alternatif. Altenatif jawaban itu jumlahnya
berkisar antara 3- 5 buah, dan dari kemungkinan jawaban yang terpasang pada
setiap butir item terpasang sebuah jawaban dan sisanya sebagai pengecoh
(disrtactor).
Bagai mana cara distractor dapat menjalankan
fungsinya dengan baik, kelajiman yang berlaku dalam dunia evaluasi hasil
belajar ialah, bahwa distractor itu sekurang-kurangnya dipilih oleh 5% peserta
tes. Berikut cara menganalisis fungsi distractor:
Dari sebuah item soal yang dilengkapi dengan
altenatif jawaban A, B, C, D, dan E di ikuti oleh 20 peserta tes, dengan hasil
sebagai berikut:
Item soal
|
Alternatif jawaban
|
keterangan
|
||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
||
1
|
5
|
1
|
8
|
6
|
0
|
C (kunci jawaban)
|
Dari data diatas dapat kita berikan sebuah kesimpulan yaitu:
Pengecoh A dipilih oleh 5 orang teste yang berarti: 5/20X 100%=25%,
pengecoh sudah berjalan dengan baik karena telah melebihi 5%.
Pengecoh B dipilih oleh 1 orang testee yang berarti : 1/20X100%= 5%,
pengecoh sudah berjalan karena telah mencapai 5% .
Pengecoh D dipilih oleh 4 orang testee yang berarti: 6/20X100%= 30%,
pengecoh berjalan dengan baik karena telah melebihi 5%.
Pengecoh E tidak dipilih oleh peserta testee yang berarti: 0/20X100%= 0,
pengecoh tidak berjalan.[[4]]
C. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Analisis
butir soal (item) adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
perhitungan dan pengukuran respons subjek terhadap suatu item (Crocker &
Algina,1986).
Teknik dalam
penganalisisan butir soal yaitu:
1) Teknik Analisis Derajat
Kesukaran Item
2) Teknik
Analisis Daya Pembeda Item
3)
Teknik Analisis Fungsi Distraktor
2. KRITIK DAN
SARAN
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dalam penulisan maupun penyusunanya. Hal tersebut dikarenakan penulis masih
dalam tahap belajar, jadi perlu untuk dibimbing agar nantinya dapat membuat
makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/archive/plans?doc=61508546/diakses pada tgl 11-10-2012
http://www.priyanto85.web.id/?p=281/diakses tgl 11-10-2012
SudirjoAnas,
Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
[3] http://datapendidik.blogspot.com/2012/06/program-analisis-butir-soal-secara.html#ixzz28yuB1CxD/diakses pada 11-10-2012
[4] SudirjoAnas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar